Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Kerajaan Jawa Kuno yang Bertahan di Zaman yang Modern

WISATA

9/19/20243 min read

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta. Keraton ini didirikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwana I pada tahun 1755 sebagai Istana/Keraton Yogyakarta yang baru berdiri akibat perpecahan Mataram Islam dengan adanya Perjanjian Giyanti. Keraton ini adalah pecahan dari Keraton Surakarta Hadiningrat dari Mataram Islam Surakarta yang lebih kenal dengan Keraton Solo. Sehingga dinasti Mataram diteruskan oleh 2 Kerajaan yakni Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta. Total luas wilayah keseluruhan keraton yogyakarta mencapai 144 hektar, yakni meliputi seluruh area di dalam Benteng Baluwarti, alun-alun Lor, alun-alun Kidul, gapura Gladak, dan kompleks Masjid Gedhe Yogyakarta. Sementara luas dari kedhaton (inti keraton) mencapai 13 hektar.

Walaupun Kesultanan Yogyakarta secara resmi telah menjadi bagian Rebulik Indonesia pada tahun 1945, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal Sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur Istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas.

Sejarah Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono Ibeberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. Perpindahan (boyongan) Sultan dan pengikutnya dari Gamping menuju Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ditandai dengan surya sengkala Dwi Naga Rasa Tunggal, yang memiliki nilai tahun 1756 Masehi. Sengkalan tersebut bermakna tentang kesatuan kegotong-royongan, serta kewibawaan, kesaktian, dan kesucian seorang raja atau pemimpin, dan sebagai tolak bala serta keyakinan akan keselamatan, ketenteraman, dan harapan pencapaian kemakmuran sebuah kerajaan yang dibangun.

Secara fisik Istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.

Upacara Jumenengan atau naik takhta Sultan Hamengkubuwono X, tampak melintas di depan Pagelaran didamping Gusti Kanjeng Ratu Hemas, pada tahun 7 Maret 1989

Untuk Saat ini Keraton sendiri sudah menjadi tempat tujuan wisata, pengunjung dapat masuk ke Keraton untuk melihat langsung suasanya di dalam Keraton itu sendiri walaupun tidak semua tempat di Keraton dapat dikunjungi dikarenakan Keraton sendiri hingga saat ini masih banyak aktifitas kekeratonan ataupun pemerintahan makanya di Yogyakarta tidak ada pemilihan Gubernur dikarenakan Jabatan Gubernur dijabat oleh Sri Sultan Hamengku Buwon X dimana beliau sekaligus Raja yang saat ini masih ada di zaman modern. Banyaknya acara adat Keraton di setiap tahunnya membuat Keraton Yogyakarta menjadi destinasi tujuan wisata yang dipilih oleh wisatawan khususnya wisatawan dari luar Negeri.

Bagaimana ada yang tertarik mengunjungi Keraton Yogyakarta? karena jika berkunjung ke Yogyakarta belum afdol jika tidak mengunjungi rumah dari Raja Jawa yang Asli. Selain bisa melihat langsung anda juga mendapatkan wawasan tentang sejarah Budaya Indonesia. Jadi Tunggu apalagi langsung saja berkunjung ke Keraton Yogyakarta bersama kami ASTRO BUS PARIWISATA, sebenarnya Sejarah dari Keraton Yogyakarta masih panjang, kita bisa lanjutkan cerita sejarah ini di Artikel selanjutnya, sampai jumpa di artikel selanjutnya.